Pelatihan Pemanfaatan Greenhouse Drip Irrigation System untuk Meningkatkan Efektifitas Lahan Pertanian

BALIKPAPAN Direktorat Ketahanan Pangan, Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN telah selesai menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan Greenhouse Drip Irrigation System untuk para petani ibu kota, untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan lahan pertanian di Ibu Kota NusantaraPelatihan ini diadakan selama 3 hari pada tanggal 25-27 September 2023 di Hotel Grand Tjokro Balikpapan dan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Tani Nusantara di Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Pada kesempatan ini, Plt. Direktur Ketahanan Pangan Otorita IKN, P. Setia Lenggono mengajak Petani Ibu Kota, julukan dari petani yang ada di IKN, untuk belajar memahami teknik pertanian modern seperti greenhouse drip irrigation system, atau teknik irigasi tetes di rumah kaca. Pelatihan ini ditujukan untuk pengembangan pertanian perkotaan dengan menerapkan model lainnya selain penanaman konvensional di lahan terbuka.

Acara dibuka oleh Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN, Myrna Safitri. Dalam sambutannya, Deputi Myrna menjelaskan bahwa penerapan pertanian perkotaan yang ada di IKN tidak hanya untuk ketahanan pangan.


“Pertanian perkotaan dalam berbagai bentuk, baik itu lahan, maupun pemanfaatan ruang terbuka seperti atap gedung, pertanian vertikal, pertanian pekarangan, dan yang lainnya, perlu kita kembangkan bersama dengan para petani ibu kota, guna menambah jumlah ruang hijau yang tersedia di IKN,” tambah Myrna.

Dalam penjelasannya, Deputi Myrna juga menjelaskan bahwa teknik irigasi tetes dipilih oleh Otorita IKN untuk saat ini, mengingat persoalan air di kawasan IKN perlu diperhatikan secara serius untuk menghemat air. Pertanian yang hemat air akan berindikasi pada minimnya lahan yang diperlukan. Harapannya, dengan adanya pelatihan teknik ini, petani dapat mengaplikasikan pengetahuan dan informasi yang didapat ke dalam pemanfaatan pertanian, khususnya greenhouse sehingga peningkatan keterampilan dapat digunakan untuk meningkatkan capaian hasil pertanian yang berkualitas, higienis, cepat, dan indah dilihat.

Pada pelatihan kali ini, kelompok tani yang diundang yakni kelompok tani dari desa/kelurahan penerima manfaat, yang sebelumnya pernah dipilih dalam sosialisasi petani ibu kota yang diadakan di Hunian Pekerja Konstruksi IKN, 3 Agustus lalu. Kelompok tani yang dimaksud meliputi; kelompok tani Mekar Sari Desa Bumi Harapan, kelompok tani Karya Maju Desa Bukit Raya, kelompok tani Sri Rejeki B Desa Argo Mulyo, kelompok tani Tunas Makmur Desa Karang Jinawi, kelompok tani Kreatif Mandiri Kelurahan Sepaku, dan kelompok tani Nila Lestari Kelurahan Pemaluan.

Selain kelompok tani, hadir pula penyuluh pertanian dari Kecamatan Sepaku dan Kecamatan Samboja, dan perwakilan Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Timur untuk belajar ataupun saling berbagi ilmu pertanian untuk kedepannya dalam membangun IKN.

Pembelajaran yang diberikan dalam pelatihan kali ini dimulai dari pemaparan ketua kelompok tani pengurus P4S Nasional, Abd. Gushai Uzuluddin yang menjelaskan budidaya menanam hidroponik untuk diaplikasikan di perkotaan yang membutuhkan lahan yang minim. Andi Burhan Badurahman Abdullah (Budi), sebagai Ketua Umum FK P4S Nasional menambahkan materinya untuk menjelaskan sistem fertigasi yang sangat menguntungkan dari berbagai segi, meliputi; kaya akan nutrisi; biaya yang murah; minim penyakit tanaman; kemudahan mengontrol tanaman; membantu meningkatkan hasil, kualitas, dan keseragaman tumbuh; dan minimalisir pencemaran.

Tidak hanya pembelajaran secara teori, pada hari kedua, peserta pelatihan diajak untuk praktik langsung ke lapangan dengan mengunjungi greenhouse P4S di Samboja. Materi yang diberikan meliputi; penyiapan alat dan desain instalasi sistem fertigasi; pengelolaan nutrisi/pupuk yang digunakan dalam pengairan; penyiapan media tanam; pengendalian hama penyakit; pemilihan dan seleksi bibit; hingga pemanenan dan pasca panen.

Peserta diajak melihat kondisi greenhouse yang ideal untuk melaksanakan pertanian dengan sistem fertigasi. Tidak hanya melihat, peserta diajak untuk mencoba langsung membuat, dan mempraktik tahap-tahap pembangunan sistem tersebut. Peserta juga diajak mencoba memanen dan mencoba melon hasil dari pertanian fertigasi. Para peserta tertarik membudidayakan melon untuk salah satu hasil pertaniannya kedepan.

“Selama saya hidup, baru kali ini saya memakan melon. Saya ingin mencoba memakannya karena wanginya yang sudah tercium padahal masih tergantung dari pohonnya. Ternyata rasa melon itu enak dan menarik minat saya untuk menanamnya nanti,” ucap Nawir, salah satu petani ibu kota yang selama hidupnya baru memakan melon.

Tidak sampai memanen saja, pada hari ketiga peserta diajarkan bagaimana cara menganalisis usaha dan memasarkan hasil panennya sehingga akan terlihat proyeksi pendapatan yang akan diperoleh, serta harapan dari hasilnya akan lebih besar dari biaya yang akan dikeluarkan.

Pada pemasaran, hasil pertanian di ibu kota ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan pangan di IKN dan daerah penyangga IKN seperti Balikpapan dan Samarinda. Dalam penjelasannya, Christina Shanti Dewi, selaku Widyaiswara menyampaikan bahwa pada kondisi saat ini, penting untuk para petani memahami pasar yang ada. Kebutuhan pasar yang ada bisa dipetakan dari berbagai generasi pasar di era 4.0. Tentu pasar itu juga perlu diintegrasikan dengan produk yang akan dihasilkan dari pertanian dengan memperhatikan 4 P, yakni product, price, promotion, dan place.

“Harapannya para petani ibu kota dapat memahami 4 pilar tersebut, mengingat dewasa ini konsumen semakin bijak dalam memilih bahan pangan, sehingga dari petani perlu meningkatkan kepercayaan dari konsumen sebagai fundamental utama agar konsumen terus bergantung pada petani yang dipercayainya, serta diikuti juga dengan usaha dari petani untuk mempertahankan kualitas bahan pangan agar konsumen selalu percaya pada kita,” tambah Christina. 

 

 

 

(Rabu, 27 September 2023)

 

Dokumentasi Foto

Sumber: Humas Otorita Ibu Kota Nusantara

27 November 2023

    Report Your finding if there are indications of violations in the development of Nusantara Capital City